Si Mbak Pendiam ini tampil lugas, berbicara cukup panjang dan bermakna. Tidak seperti biasanya, kali ini ia cukup lama berorasi dan cukup lugas menanggapi pertanyaan dari para wartawan. Seusai mendaftar pencalonannya sebagai Capres dari PDI-P berpasangan dengan KH Hasyim Muzadi, Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama, sebagai Cawapres, di Komisi Pemilihan Umum (KPU), Rabu 12 Mei 2004, Megawati memaparkan visinya mewujudkan kedaulatan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).
Dalam orasi singkat sebelum sesi tanya jawab dengan wartawan, dijelaskan bahwa dwitunggal Mega-Hasyim akan melanjutkan visi, misi, serta program yang selama ini dijalankannya sebagai presiden. Visinya adalah mewujudkan Indonesia yang berdaulat dalam lingkup NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Duet ini bertekad kuat untuk memperkukuh NKRI sebagai manifestasi dari prinsip kedaulatan bangsa dan negara.
Salah satu implementasinya adalah membuat peta baru NKRI. Sebab menurut Mega, selama ini kita tidak pernah tahu secara persis berapa luas wilayah negara kita sebenarnya. Selama ini, selalu disebut-sebut kita mempunyai 17 ribu pulau. Menurut Mega, itu kesalahan besar! Sebab, hasil pemetaan terbaru menunjukkan bahwa pulau kita berjumlah 18.860 buah. Itu pun masih terus diteliti.
“Kalau tidak ada peta yang jelas, orang bisa seenaknya mencaplok pulau-pulau yang belum bernama. Bagaimana negara kita bisa berdaulat?" kata Putri Bung Karno ini.
Pokok-Pokok Kebijakan
Mereka akan menjalankan visi dan misi itu dalam bingkai persamaan warga negara sebagai pondasi dari prinsip kemajemukan dalam persatuan dengan pokok-pokok kebijakan, antara lain: mewujudkan kedaulatan rakyat melalui penguatan kelembagaan, mekanisme dan praktik politik demokrasi, (menguatkan kehidupan demokrasi di Indonesia); mempercepat reformasi aparatur pemerintahan, sistem pelayanan publik; penciptaan keamanan, ketertiban, dan kepatuhan hukum; penciptaan lapangan kerja; peningkatan daya saing internasional; pemantapan kesinambungan fiskal, peningkatan kualitas kehidupan beragama; penguatan kesadaran moral dan etika, penguatan kehidupan berbudaya; serta peningkatan kualitas bidang olahraga.
Perihal penguatan kehidupan demokrasi, Megawati mengatakan demokrasi selama ini sudah berjalan baik, tetapi ke depan harus lebih baik lagi. Yang paling merasakan kehidupan demokrasi itu adalah pers. Kalau dulu pers diberangus sekarang pers menghujat presiden pun tidak apa-apa.
Dalam penciptaan keamanan serta penguatan sistem pertahanan nasional, Mega-Hasyim bertekad akan meningkatkan jumlah peralatan TNI dan Polri yang saat ini sangat dirasakan sangat kurang serta meningkatkan kesejahteraan hidup prajurit TNI dan Polri.
Dalam bidang hubungan internasional akan ditingkatkan daya saing internasional. Untuk itu akan dijalankan politik bebas aktif.
Memacu peningkatan kualitas dan prestasi olahraga juga menjadi program duet ini. "Betapa memprihatinkan tim Uber dan Thomas Cup kita. Meski di kampung sendiri tetap saja terpuruk," tegas Megawati.
Mereka juga bertekad untuk mewujudkan kemakmuran dan keadilan bagi seluruh rakyat melalui pembangunan ekonomi yang bertumpu pada kemandirian dalam era globalisasi. Cawapres Hasyim Muzadi mengatakan, kemandirian ekonomi Indonesia sekarang masih jauh panggang dari api. Oleh karena itu perlu penguatan ekonomi dan pemberantasan korupsi sampai ke akar-akarnya. Ini semua membutuhkan sistem ekonomi dan moral para pelaku ekonomi yang baik. Perihal pemberantasan KKN harus dijaga oleh law enforcement atau penegakan hukum yang tegas.
Duet ini juga bertekad untuk mengukuhkan martabat bangsa melalui pembangunan karakter kepribadian dan kemampuan bangsa.
Ketika ditanya soal peluang duet ini untuk memenangkan pilpres, Megawati menjawab, "Orang kok lucu ya, nanyanya soal menang kalah terus. Kami jadi capres dan cawapres itu untuk kepentingan negara.”
Megawati menjelaskan kesediaannya untuk maju sebagai calon presiden-wakil presiden pun demi kepentingan bangsa dan negara. Mengenai hasilnya, semuanya diserahkan kepada rakyat sebagai pemilik kedaulatan. Hal itu juga merupakan pendidikan politik untuk bisa menerima bagaimana berdemokrasi dengan baik. “Jadi, semuanya tergantung keputusan rakyat. Pilpres secara langsung itu kan wujud kedaulatan rakyat," jelasnya.
Mega meminta rakyat untuk tidak grusa-grusu. Ia mengajak rakyat agar memilih secara cerdas pimpinan nasional dalam pilpres langsung 5 Juli mendatang. Menurutnya, para tokoh yang tampil di ajang pencapresan sekarang bukan sekadar komoditas reklame yang diekspos habis sebagai berita oleh pers.
Penjualan Aset Negara
Ditanya soal penjualan sejumlah aset negara yang terjadi pada masa pemerintahannya, Mega meminta agar semua pihak tidak begitu saja langsung menuduh bahwa hal tersebut merugikan Indonesia. Menurutnya, pengkritik harus tahu persoalannya lebih dalam.
“Mesti paham peliknya membangun kembali rongsokan yang ditinggalkan pemerintahan masa lalu. Keadaannya kan kocar-kacir. Harus dilihat juga apakah betul aset-aset itu benar-benar dijual atau tidak," jelasnya.
Bajing Loncat
Menjawab pertanyaan tentang menteri yang mengundurkan diri untuk menjadi Capres dan Cawapres dan upayanya untuk menjamin kelangsungan pemerintahan di tengah kekhawatiran mengenai kemungkinan merosotnya kinerja kabinet dalam setengah tahun ke depan, Presiden Megawati Soekarnoputri menyatakan, masalah yang terjadi dalam Kabinet Gotong Royong sekarang merupakan pembelajaran politik dalam masa berdemokrasi. "Apakah (berpolitik) itu memang hanya sekadar sebagai bajing loncat atau memang akan berpikir untuk kepentingan nation (bangsa) kita," katanya.
Ia mempertanyakan apakah kegiatan berpolitik selamanya merupakan kegiatan politik praktis saja tanpa ada suatu etika dan moral ataukah memang dimaksudkan sebagai sebuah pengalaman besar sebagai bangsa. Semestinya, kata Mega, permainan politik dengan fondasi demokrasi yang sudah mulai mantap bisa mengarahkan orang untuk mulai tahu apa yang harus dilakukan dan menempatkan di mana posisi mereka sebenarnya harus berada.
Mega memang tidak menyebut nama menterinya yang kini menjadi capres-cawapres maupun menteri yang menjadi tim sukses capres-cawapres lain. Tiga menterinya mencalonkan diri sebagai capres dan cawapres. Mereka adalah Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono dan M Jusuf Kalla yang menjadi pasangan capres-cawapres. Kemudian, Menteri Perhubungan Agum Gumelar juga mundur dan memilih menjadi cawapres mendampingi capres Hamzah Haz yang kini masih menjabat sebagai Wakil Presiden.
Selain itu, menteri yang menjadi anggota tim kampanye paket capres-cawapres tertentu, antara lain, Hatta Radjasa, Yusril Ihza Mahendra, dan Syamsul Muarif.
Menurut Mega, apa yang terjadi di tubuh Kabinet Gotong Royong saat ini mungkin bisa menjadi masalah. Karena itu, dengan fondasi demokrasi yang mulai mantap di negeri ini, anggota kabinet harus ingat dan tahu posisi. "Sekarang masa reformasi. Kita mulai meninggalkan serpihan yang terjadi di masa lalu. Jadi, kita tidak bisa selamanya berpolitik praktis tanpa ada etika dan moral," ujarnya.
Sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 9 Tahun 2004 mengenai kampanye pemilu oleh pejabat negara, menteri yang telah ditetapkan secara resmi oleh KPU sebagai calon presiden dan wakil presiden dinyatakan non- aktif sebagai menteri. Status non-aktif itu ditetapkan dengan keputusan presiden.
PDI-P-NU
Saat mendaftar ke KPU, Megawati didampingi oleh unsur pimpinan PDI-P antara lain Sekretaris Jenderal Sutjipto, Wakil Sekjen Pramono Anung, Ketua DPP Roy BB Janis, dan calon anggota legislatif dari PDI-P Marissa Haque. Dari unsur PBNU hadir Ketua PBNU Ahmad Bagdja, KH Said Aqiel Syiraj, dan KH Nur Iskandar.
Sebelum menyerahkan berkas persyaratan pencalonan Mega-Hasyim, Sekjen PDIP Sutjipto menyatakan, dwitunggal yang diajukan PDI-P ini bukanlah sesuatu yang mendadak. Melainkan sudah melalui proses internal yang demokratis serta pemikiran mendalam lahir batin dengan segala konsekuensinya.
Sejak kongres di Semarang pada 2000, PDI-P sudah menobatkan Megawati menjadi capres 2004-2009. Sementara, Hasyim pun sudah membicarakan pencalonannya dengan para kiai sesepuh NU. Selain itu, sebagai muslim, Pak Hasyim juga sudah berdoa di Multazam, Makkah, untuk menerima pinangan PDI-P. Puncak proses pencapresan duet Mega-Hasyim adalah deklarasi bersama di Tugu Proklamasi, Jakarta, 6 Mei 2004.
Menurut Sutjipto, PDI-P dan NU pada dasarnya memiliki visi yang sama. “Kedua lembaga ini sudah menjadi bagian dari sejarah Indonesia," ujarnya.
Sementara di tempat terpisah, Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur Ali Maschan Moesa mengatakan, sejauh ini belum ada arahan dari PWNU Jatim kepada nahdliyin untuk mendukung warga NU yang mencalonkan diri dalam pemilu presiden 2004. Namun ia menandaskan, Hasyim Muzadi sudah lama bergabung dengan NU. "Kalau Salahuddin kan, baru saja," katanya.
Perihal Tim Kampanye Mega-Hasyim, Wakil Sekjen PDI-P Pramono Anung mengatakan, PDI-P sudah membentuk tim kampanye yang diketuai Sekretaris Jenderal PDI-P Sutjipto. Tim ini beranggotakan sekitar 20 orang, merupakan gabungan dari unsur PDI-P dan Nahdlatul Ulama, di antaranya Rois Syuriah Pengurus Besar NU Said Agil Siradj serta Ketua PBNU Ahmad Bagja dan Andi Jamaro Dulung.
Pilih Menteri yang Mau Bekerja
Megawati menilai, masalah terberat bangsa Indonesia saat ini adalah lemahnya mental bangsa. Oleh karena itu dalam mengisi kabinet mendatang, bila terpilih lagi menjadi presiden, dia akan mencari orang yang mengerti masalah dan mau bekerja.
Ia tidak akan melihat apakah menteri yang dipilih itu nanti dari kalangan parpol atau partisan atau nonpartisan. Ia hanya melihat kepribadian orang itu, apakah mau bekerja atau tidak, sekaligus mengerti masalah. "Kan susah cari pekerja sekarang. Kalau yang bicara saja banyak," kata Mega pada saat diwawancarai pers di kediamannya Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat, Rabu 12 Mei 2004 sore.
Rabu sore itu Megawati bertemu dengan pengurus Partai Damai Sejahtera (PDS) di kediaman Mega. Pertemuan itu tidak membicarakan kabinet. "Kami hanya bertukar pikiran," katanya.
Dalam pembicaraan itu, Mega mengatakan, masalah pokok yang dihadapi bangsa ini sangat banyak dan cukup berat. Di antaranya yang utama pembangunan mental bangsa. Berdasarkan pengalamannya, pembangunan sulit dilakukan karena sejak awal bangsa ini tidak dipacu untuk maju.
Dikemukakan, soal ujian akhir nasional (UAN) yang menjadi perdebatan beberapa waktu lalu memperlihatkan betapa masyarakat tidak dipaksa untuk maju.
Dulu, katanya, kita pernah masuk dalam satu proses ketika seorang manusia Indonesia yang sedang belajar minimal harus mendapat angka enam supaya lulus. Tapi, entah kenapa tiba-tiba diturunkan menjadi tiga. Ketika ia tanyakan kepada Menteri Pendidikan, ia minta itu dinaikkan menjadi lima. Tapi, kemudian didemo, sehingga menjadi 4.
Menurut Mega, dengan dasar yang tidak bagus tersebut membuat masyarakat sulit dididik menjadi bangsa yang pintar. "Biar pendidikannya baik, tapi apa yang ingin dicapai jika dasarnya hanya tiga atau empat," tanyanya.
Kekhawatirannya tentang kemalasan belajar ini terbukti dari angka yang diperolehnya dari perbandingan minat mahasiswa yang belajar ilmu eksak dan ilmu sosial. Ternyata perbandingannya 1;9.
Beratnya masalah yang dihadapi bangsa inilah yang kemudian membuat Mega memilih Hasyim Muzadi sebagai calon wakil presiden.
"Itu mengapa saya mengambil Pak Hasyim, untuk mengatasi masalah bangsa ini. Beliau bisa diikutsertakan berpikir apa yang terbaik untuk membangun mental bangsa ini, sebab tanpanya kita tidak bisa mendidik bangsa ini," tambahnya.
Agar program bisa dilaksanakan dengan baik Mega berharap komponen bangsa mau mendukungnya. "Biar tangan kami 1.000 kalau rakyat tidak mau ikut memikirkan masalah ini maka akan sulit terealisasi," katanya.
Keikutsertaan masyarakat bahkan menjadi hal utama, karena negara saat ini tidak memiliki dana yang cukup untuk memberi subsidi yang cukup tinggi untuk pendidikan. Beban utang yang cukup tinggi, yang dicetak oleh pemerintahan di masa lampau, memberikan konsekuensi logis Indonesia harus membayarnya dalam jumlah yang cukup besar.
Mengenai program kerja bila terpilih lagi menjadi presiden, Megawati mengatakan, tidak merencanakan hal yang muluk-muluk. Programnya masih sama dengan yang dilaksanakan selama tiga tahun pemerintahan saya, tapi lebih diperdalam, sebab selama tiga tahun ini belum bisa dituntaskan masalah. Untuk memantapkannya harus ada kesinambungan.
sumber :http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi
0 comments:
Post a Comment